SatuBerita, Online//Pontianak — Pengunduran diri Rokidi dari jabatannya sebagai Direktur Utama Bank Kalbar mengejutkan publik Kalimantan Barat. Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan, Rokidi menyampaikan bahwa alasan kesehatan, yakni kanker usus stadium 3B, menjadi dasar utama pengunduran dirinya. Ia menyebut perlunya istirahat total guna fokus pada proses pemulihan. (28 Maret 2025)
Namun, hanya berselang beberapa hari, kehebohan publik kembali mencuat setelah beredarnya sebuah video yang memperlihatkan Rokidi dalam kondisi bugar dan aktif saat menghadiri acara ulang tahun istri Gubernur Kalbar. Dalam tayangan video yang viral di media sosial tersebut, Rokidi tampak bernyanyi dan berjoget dengan penuh semangat, menimbulkan gelombang kemarahan dan kecurigaan dari masyarakat.
Sejumlah warga Kalimantan Barat secara terbuka menyatakan kekecewaan mereka. Video itu dinilai bertolak belakang dengan klaim kondisi kesehatan Rokidi yang disebut-sebut sebagai alasan pengunduran dirinya. Banyak yang menduga bahwa dalih medis hanya dijadikan tameng untuk menutupi isu yang lebih serius di tubuh manajemen Bank Kalbar.
“Kami merasa dipermainkan. Jika memang menderita sakit serius, mengapa bisa tampil begitu sehat dan aktif dalam sebuah pesta? Ini penghinaan terhadap akal sehat masyarakat,” ujar seorang warga Pontianak saat diwawancarai di kawasan Bundaran Digulis.
Kecurigaan publik semakin menguat ketika informasi beredar bahwa Rokidi juga mengikuti kunjungan kerja ke Sambas dan Singkawang pada 4 April 2025. Kegiatan itu berlangsung hanya beberapa hari setelah surat pengunduran dirinya diajukan. Fakta ini memperkuat spekulasi bahwa pengunduran diri Rokidi bisa jadi tidak sepenuhnya berkaitan dengan alasan kesehatan, melainkan berpotensi terkait dengan dinamika internal atau manuver politik di tubuh Bank Kalbar.
Pemerhati ekonomi Kalbar, Dini Wulandari, menilai bahwa polemik pengunduran diri Rokidi bukan semata-mata isu personal. Ia menggarisbawahi pentingnya transparansi dalam proses transisi kepemimpinan di lembaga keuangan daerah, terutama yang mengelola dana publik.
“Ini bukan semata-mata soal kesehatan pribadi Rokidi. Ini menyangkut kredibilitas lembaga keuangan yang mengelola dana masyarakat. Jika pengunduran diri ini adalah cara untuk menghindari tanggung jawab atas manajemen yang buruk, maka dampaknya sangat serius dan mengancam kepercayaan publik,” tegas Dini saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia menambahkan bahwa ketiadaan klarifikasi resmi dari Pemerintah Provinsi Kalbar atas video viral tersebut justru memperburuk situasi dan membuka ruang bagi spekulasi yang lebih luas.
Merespons kegaduhan ini, desakan kepada Gubernur Kalbar untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) menguat dari berbagai pihak. Tujuannya tidak hanya untuk memastikan adanya pergantian kepemimpinan yang profesional, tetapi juga untuk merestorasi kepercayaan publik terhadap Bank Kalbar.
“Sudah saatnya Gubernur Kalbar bertindak tegas dan transparan. Penunjukan pengganti Rokidi harus bebas dari kepentingan politik dan benar-benar didasarkan pada kompetensi serta integritas,” ujar salah satu tokoh masyarakat Kalbar yang menolak disebutkan namanya.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mengenai video Rokidi yang beredar maupun arah kebijakan lanjutan terkait posisi Direktur Utama Bank Kalbar.
Tim Redaksi