SatuBeritaOnline,//CEO GROUP, Bandung, Fenomena Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menuai pro dan kontra, sejak menjabat menjadi orang nomor satu di tatar pasundan ini, berbagai program dan kebijakan tidak sedikit menimbulkan perdebatan baik di media sosial juga di birokrasi terutama legislatif.
Dalam riuh nya panggung politik juga di warnai tanggapan serta komentar termasuk dari mereka yang konon katanya adalah pengamat, pemerhati, lembaga sosial, lembaga perlindungan semisal KPAI dan lainnya.
Namun KDM tak bergeming pria kelahiran Subang ini terus menjalankan programnya, mulai dari penghapusan pajak kendaraan, pelarangan studi tour dan wisuda, rasionalisasi dana hibah bagi yayasan dan pesantren, teranyar gagasan pengiriman remaja dan siswa kategori suka tawuran, geng motor, game online serta melawan kepada orang tua, semua gagasan dan program tersebut, langsung di ekseskusi tanpa diskusi, dialog dengan pihak terkait, ditangan KDM semua bergerak cepat dan taktis dan dampaknya segera di rasakan rakyat.
Dalam hal ini menurut hemat penulis, kemunculan KDM dalam khasanah kepemimpinan di Indonesia memunculkan gaya baru, dimana selama ini kebanyakan pemimpin lebih nyaman duduk di belakang meja, dengan berbagai konsep, teori tanpa turun langsung memberi solusi terhadap permasalahan rakyat, masalah di selesaikan dengan di dahului diskusi, seminar serta rapat berjilid- jilid tapi dengan KDM semua birokrasi tersebut di pangkas habis.
Kepemimpinan KDM Out of the box, banyak elite politik yang ikut gusar, dengan gaya blusukan plus solusi meraih simpati rakyat jelata, ini yang tidak akan mampu di lakukan oleh politisi atau pejabat manapun di Indonesia, selama ini banyak elite datang ke rakyat saat belum menjabat, baik legislatif atau eksekutif, tapi Dedi Mulyadi sangat berbeda jauh sebelum menjabat bahkan sudah menjabat pun ia tetap sama turun ke rakyat dan mengatasi masalah rakyat.
Memimpin dengan" rasa" menyelami dengan hati, bukan hanya motif kekuasaan semata lebih jauh, menjamah sisi kemanusian yang memang jarang di sentuh oleh mereka yang mengaku pemimpin atau pejabat, KDM hadir bagai" Sinter Class" dia bukan saja seorang pejabat umumnya , tapi dia seorang yang bijaksana paham filosofi kehidupan, paket komplit KDM kadang muncul dalam prespektif yang berbeda, bisa sebagai sosok ulama dengan kalimat dan petuah religi dengan makna spritualitas, juga sering tegas dan lugas bagai figur militer, tak jarang KDM menampilkan pribadi yang humoris, dan candaan dipenuhi nilai nilai budaya, seperti Budayawan dan tentu banyak lagi hal yang mungkin bisa di ilustrasikan dari seorang Dedi Mulyadi.
KDM mampu memindahkan Jakarta sebagai Magnet Poltik bergeser ke Jawa Barat, jutaan pasang mata tertuju ke wilayah Jawa Barat dengan KDM sebagai Gubernurnya.
Episentrum itu sudah tidak lagi dominan milik Jakarta yang lama menjadi pusat semua kekuasaan, kita tunggu langkah sang Maestro Sunda dalam menapak kepemimpin nasional, dengan kecintaan rakyat yang dalam berbasis kepemimpinan Rasa dan Cinta.
#Oleh: Edi Sutiyo ( Pemerhati Kebijakan Publik Ketum Simpe Nasional)
Red, Arie Gusti S/Aceng